Bahwasannya setiap kampung atau
desa mempunyai latar belakang atau sejarah. Desa Cangkring yang terletak di
tengah – tengah Kecamatan Jatiroto ini juga memiliki latar belakang kenapa desa
tersebut dinamakan Desa Cangkring.Pada
jaman kerajaan Surakarta masih sebagai pusat pemerintahan 3 Km arah timur
Penewon Jatiroto berdiri sebuah Pemerintahan Kademangan Cangkring yang di
pimpin oleh seorang demang. Dalam memimpin demang sangat bijaksana dan sangat
memperhatikan pada kesejahteraan masyarakatnya. Dalam menjalankan pemerintahan
demang dibantu oleh kamituan, juru tani dan lain sebagainya. Dalam menjalankan
tugasnya mereka diberi imbalan berupa tanah.
Pemerintahan Kademang Cangkring berada di belakang SD Negeri 1 Cangkring
atau 350 M arah barat dari Kantor Desa Cangkring. Desa Cangkring merupakan daerah yang sangat
subur akan tanaman – tanaman seperti, tanaman cermai, tanaman cankring, tanaman
kelapa, tanaman pucang dan lain – lain. Pada waktu itu tanaman cangkring
mendominasi desa tersebut, dan setiap orang lewat menyebut daerah tersebut
dengan sebutan cangkring. Maka wilayah tersebut disebut dengan Kademangan
Cangkring.
Setelah Demang
Cangkring meninggal sekitar tahun 1946 nama Kademangan Cangkring berupah
menjadi Desa Cangkring. Desa Cangkring terletak 30 Km dari Kabupaten Wonogiri
dan 3 Km dari Kecamatan Jatiroto merupakan desa yang penduduknya
bermatapencarian sebagian besar adalah petani. Ini dikarenakan tanah yang subur
air irigasi yang tercukupi. Desa Cangkring merupakan pertemuan dua sungai yaitu
sungai aliran dari Gunung Lawu dan aliran Sungai Keduang. Menurut cerita para
leluhur bahwa Sunan Kalijaga pernah melewati Desa Cangkring pada waktu mencari
kayu untuk tiyang masjid Demak, Sunan Kali Jaga melewati rute sepanjang sungai
Keduang yang menuju hutan Ndoloyo.
Desa Cangkring terdiri dari empat
dusun yaitu Dusun Kepuh, Dusun Cangkring, Dusun Cerme, Dusun Dungkambil, 8 RW
dan 19 RT. Masyarakat Desa Cangkring
kebanyakan adalah para pendatang dan melaksanakan pernikahan dengan masyarakat
setempat, sehingga kaya akan budaya.
Pada jaman penjajahan pun banyak anak – anak di Desa Cangkring yang ikut
sekolah rakyat walaupun tidak sampai tamat, tetapi anak – anak tersebut sudah
bisa untuk membaca dan menulis. Pada waktu itu perekonomian di Desa Cangkring
mengalami perkembangan yang sangat baik, dibuktikan tahun 1949 Desa Cangkring
telah membangun pasar tradisonal yang cukup besar, terletak di Dusun Kepuh yang
saat ini pasar tersebut digunakan untuk makam desa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar